Halaman

Sabtu, 04 Januari 2014

Tiga Buku Anak yang Membuatmu Tertawa dan Beberapa Menit Kemudian Membuatmu Menangis

Sastra adalah alat propaganda paling menakutkan untuk mempengaruhi orang setelah hukum dan politik, terang teman saya dalam diskusi hangat tadi malam, dan saya hanya mengiyakan sembari membayangkan beberapa hal yang belakangan menghantui; cerita kanak dan hal-hal tidak penting yang harusnya ditulis, bukan narasi besar yang mengharuskanmu untuk merobohkan negara atau paling tidak berusaha untuk membunuh presiden. Kau tahu, itu begitu memberatkan hidupmu.

Baiklah, saya  tidak akan berbicara terlalu banyak lagi. Tapi saya masih sepakat dengan teman saya, bahwa sastra adalah alat propaganda paling efektif. Khususnya jika kau berikan kepada anak-anak. Percayalah, keriangan mereka adalah jalan, dan mendekati mereka dengan cara pandang kanak adalah titik pijak yang harus kau lalui jika ingin jadi propagandis.

Saya akan menuliskan beberapa karya anak dan ini penting untuk dibaca jika kau merasa jengah dengan bacaan-bacaan pucat dan muram—saya agak bosan dengan bacaan-bacaan ala Murakami yang meruyak di toko buku kita belakangan.

1. Little Prince – Antoine De saint-Exupery

Bagaimana jika kau berada dalam sebuah planet kecil dan hanya sendirian tinggal di sana; lalu kau mulai bosan dan berjalan-jalan ke planet di sekitarmu dan menemukan fakta bahwa dunia ini begitu merepotkan, apalagi yang dibangun oleh orang dewasa. Sungguh membingungkan.

2. Semua Beres Kalau Ada Emil – Astrid Lindgren

Astrid Lindgren meracuni anak-anak untuk menjadi pembangkang yang baik hati melalui sosok bernama Emil yang nakal, suka bikin ulah dan akhirnya menjadi bupati. Ia tahu bahwa dirinya nakal, dan tidak bergantung pada orang lain, apalagi instansi agama. Dalam cerita itu, ia bahkan mengacuhkan pendeta dan lebih memilih menumpuk sandal di depan pesta yang dibuat oleh orang-orang kampung.

Konon, Astrid adalah seorang sosialis dan begitu ditakuti publik Swedia. Tapi anak-anak begitu menyukai dan berusaha keras menjadi Emil.

3. Animal Farm – George Orwell 

Ini adalah sejenis fabel. Kau tahu, cerita binatang acap dikaitkan dengan anak-anak saja dan tidak disyaratkan untukmu. Tapi cerita binatang ini dibuat dengan cara cakap laiknya manusia dan begitu satir, dan bersungguh-sungguh untuk menjadi bahan ejekan untuk manusia. Bagaimana jika binatang-binatang yang berada di ladangmu membuat revolusi dan akhirnya menguasai tempatmu?

Begitulah Orwell bercerita.

***

Ketiga karya ini memang ditujukan untuk anak-anak dan ketika pertama kali membacanya, kau akan mengalami sakit perut menahan tawa. Bukan karena ia tidak cocok bagi kesehatanmu dan tidak diperbolehkan dikonsumsi selain anak-anak, tapi ceritanya akan membuatmu kembali menemukan ruang yang tidak bisa digantikan oleh apapun; menjadi kanak.

Lalu, bagaimana kau bisa menangis?

Saya hanya menyarankan, sila baca sendiri ketiga buku tadi dan temukan sendiri, dimana kau akan menangis. Mungkin bukan karena ceritanya, atau hal-hal yang tak jauh dari sekitarmu membuatmu menangis. Tapi saya akan menutup tulisan ini saja dengan memintamu untuk membaca ketiganya. Itu saja.

@DedikPriyanto

1 komentar:

  1. Aku pernah mengajukan little prince (petit prince) untuk TA tapi ditolak dosen kesayangan :(

    Tulisan ini mengingatkanku atas kejadian itu hahah, terima kasih Mas Dedik.

    "Le temps que tu as passé pour ta rose, qui fait ta rose si importante"

    BalasHapus