Halaman

Sabtu, 08 Februari 2014

Bagaimana Roald Dahl Berkenalan dengan Saya

Belakangan ini saya lagi gandrung dengan para penulis anak dan ini semua, harus saya akui, karena hasutan kawan saya Zakky Zulhazmi. Ia orang yang jatuh cinta dengan buku sejak dalam pikiran, dan penghasut kelas kakap untuk urusan buku, khususnya sastra. Ia pula yang mengenalkan saya pada Astrid Lindren, Antoine de Saint Exupery, Tetsuyo Kuronayaki, Natsuki Soseki dan banyak penulis lain. Tapi ada satu nama yang luput ia kenalkan; Roald Dahl. 

Saya pertama kali dikenalkan kepada Roald Dahl oleh Matilda. Ia gadis kecil yang pintar, begitu suka membaca dan disukai teman-temannya. Sayangnya, ia tidak beruntung sebab orang tuanya cenderung membencinya sebab ia terlalu cerdas, dan terkadang menjengkelkan; ia selalu melawan orang tuanya yang acapkali berbuat curang di perdagangan. Itu pun sudah lama, mungkin saat SMA saya membacanya.

Perkenalan selanjutnya, dan lantas membuat saya menyukai gayanya berutur, adalah momen berburu buku di Cinere dan untuk hal ini, saya harus berterima kasih kepada kawan saya di kantor bernama Fisca. Ia yang menemukan paket Rold Dahl di tempat bazar itu, dan seperti orang kelaparan, kami langsung memborongnya. Fisca dapat satu paket, dan saya juga serupa. Kau tahu, ini paket lengkap koleksi Roald Dahl dengan 14 buku di dalamnya, dan saya kembali bertemu Matilda.

Keesokan harinya, seaat jam kantor usai, saya pun bergegas pulang lebih awal ke kontrakan. Beberapa kawan menanyai saya. Tumben orang ini pulang cepat, pikir mereka. Dan saya hanya tersenyum saja. mereka tidak tahu, saya ingin cepat-cepat bertemu Roald Dahl di kontrakan yang bernama—ah kau mungkin akan tertawa mendengarnya—kost gaul.  Saya tahu, saya akan bergembira hari ini menemuinya.

Baiklah, dan ini khusus kusampaikan padamu, akan kususun keempat belas buku itu dan bagaimana saya menikmati berkenalan dengan mereka.

Pertama, Matilda 

Mengisahkan tentang Matilda, dan bagaimana ia mengatasi masalah hidupnya, dan gurunya yang baik hati; miss Honey. Matilda sangat pintar, sebab ia membaca di perpustakaan, dan sudah hapal Charles Dickens, Hemingway dan penulis-penulis lain sejak belia. Kecerdikannya pula yang membuatnya mampu menyelamatkan sekolahnya.

Kedua, The Magic Finger

Kisah ini mirip Midas, yang kala ia memegang sesuatu akan menjadi emas. Bedanya, gadis ini jari. Ia mempunyai jari sihir. Dan ia melakukannya kepada orang-orang jahat. Akhirnya, orang-orang jahat ini sadar bahwa kelakuannya buruk.

Ketiga, The Twits (Keluarga Twit)

Ini tengtang binatang-binatang yagn disiksa oleh keluarga Twit, dan kemudian melawan. Kisah di dalamnya sungguh menarik dan jenaka, serta memiliki satu kekuatan moral; janganlah menyakiti binatang jika kau tidak ingin diserang.

Keempat, Mr. Fox yang Fantastis

Ini mengisahkan rubah yang cerdik, berhadapan dengan tiga manusia yang jahat. Saya teringat kartun dalam film-film masa kecil. Saya sungguh-sungguh menikmatinya.

Kelima, James and The Giant Fix

Ini persis seperti Mio Anakku, kisah dongeng Astrid Lindgren, bedanya james bertemu dengan seorang kakek, dan mengajaknya ke dunia entah berantah. Di sana pula ia bertemu dengan makhluk aneh-aneh. Di sana pula, Jamse berpetualang.

Keenam, The BFG, Raksasa yang Baik Hati 

Saya teringat dongeng timus mas kala membacanya. Tapi yang ini kebalikannya. Raksasa di sini baik hati, dan malah bahu membahu  melawan para raksasa yang jahat. Saya bayangkan, bagaimana jika timun emas dibuat cerita yang serupa ini, atau paling tidak ada  tafsiran gaya becerita yagn baru terhadap raksasa. Sebab hampir semua orang, saya yakin ini merasuk di imajinasi mereka, bahwa para raksasa adalah makhluk yang jahat. Tapi di sini, tidak.

Ketujuh, Danny and The Champion of The World

Ini tentang sosok Danny yang berbeda dengan Steinbeck mengisahkannya di Tortilla Flat—ah siapa pula yang memasukkan kalimat ini—tapi Danny di sini adalah sosok yang kuat, dan ia berusaha menolong ayahnya. Kisah yang menarik, jika para anak membacanya dan sejak kecil sudah terpantik untuk tidak hanya menangis.

Kedelapan, The Giraffe and The Pelly, and Me

Ini jenaka sekali, sebab kisah tentang Jerapah, Burung Bangau dan Monyet yang membantu si tokoh aku dalam membersihkan sebuah toko dan akhirnya mereka mampu keluar dari masalah. Cerita ini menguatkan kembali bahwa, seberapa kuatnya manusia, tentu akan lebih kuat manusia.

Kesembilan, Esio Trot (Aruk-Aruk)

Harus saya akui, ini adalah kisah cinta. Dan mungkin keluar dari pakem Roald Dahl. Tapi jika dibaca oleh anak-anak, saya kira tidak masalah. Ia mengisahkann bagaimana kecerdikan seoragn tua mendapatkan cinta seorang dengan perantara kura-kura peliharaan. Kau tahu, kura-kura tumbuh begitu lama, bukan? Tapi Roald Dahl membuat keajaiban; tokoh utama digambarkan membeli kura-kura yang banyak, dan selalu mengganti kura-kura peliharaan yang diincarnya tiap minggu.

Keajaiban terjadi, si perempuan akhirnya jatuh hati sebab ia tahu ia bisa melakukan keajaiban.

Oke, jika kau tidak setuju ini keajaiban, tapi ini strategi yang aduhai untuk mendapatkan hati perempuan—apalagi jika ia memiliki piaraan kura-kura.

Kesepuluh, The Enormous Crocodile 

Ini kisah tentan seorang buaya buas, yang ingin memakan anak-anak. Tapi digagalkan oleh banyak hewan. Cerita menarik, sebab ia mengajarkan satu hal; kesombongan hanya akan mengantarkan pada kekalahan.

Kesebelas,  The Witches (Ratu Penyihir)

Ini juga cerita yang sangat jenaka, bayangkan, bagaimana jika orang-orang di sekelilingku adalah seorang penyihir? Ini juga yang  yang dialami tokoh utama, si aku, yang harus mengetahui fakta; banyak penyihir sungguhan yang berkeliaran di sekitarmu dan berpakain laiknya orang-orang biasa.

Kedua belas, Charlie and The Chocolate Factory

Selain Matilda, kisah Charlie dan pabrik ajaib dari Mr. Wonka ini merupakaan cerita rekaan Roald Dahl yang paling terkenal. Sebab di dalamnya, ia menggambarkan ruang batin segala anak di dunia dan keinginan untuk memasuki dunia imajinatif, dan limpahan coklat yang tidak akan habis sepanjang hidup mereka.

Charlie, seorang anak miskin, tiba-tiba saja mendapatkan tiket emas sayembara untuk berkunjung ke pabrik coklat Mr. Wonka dan di seluruh dunia Cuma lima anak yang beruntung. Petualangan Charlie di pabrik rahasia inilah yang menjadikan latar cerita ini, serta bertemu dengan makhluk menarik yang ada di sana. Percayalah, imajinasimu akan menemukan tempatnya.

Ketiga belas,  Charlie and the Great Glass Elevator

Ini lanjutan dari Charlie dan Mr. Wonka, kali ini mereka berdua terbang ke luar angkasa, dan kau tahu, ini adalah pengalaman imajinatif yagn menakjubkan bagai anak-anak.

Saya tidak tahu kapan cerita ini pertama kali dibuat, tapi saya yakin ketika anak kecil membacanya, maka yang terjadi adalah keinginan yang menggebu untuk berpetualang sejauh mungkin, setinggi mungkin.

***

Begitulah, tapi omong-omong, kenapa hanya ada tiga belas, sedangkan saya berkata, ini ada empat belas. Tunggu dulu, ada satu yang belum saya ceritakan padamu, dan tampaknya aku harus menyimpanya, sebab ini adalah otobiografi masa kecil dari Roald Dahl dan diberinya judul Boy Tales of Childhood. Menarik, bukan?

Oke, kira-kira begitulah Roald Dahl berkenalan saya. Maaf, maksud saya adalah, bagaimana saya mengenal pengarang ini. Ya, meskipun telat mengenal Roald Dahl, paling tidak saya merasa kembali menemukan kekuatan cerita, kekuatan dongeng yang mengembalikan sebagian kecil masa riang saya saat kanak.

Jagakarsa, 2 Februari 2014

@DedikPriyanto

PS: Zakky Zulhazmi mendapatkan info tentang buku anak-anak ini dari AS Laksana, dan ia, ketika dengar tentang nama pengarang darinya, langsung mencari sampai dapat. Inilah kekuatan Zakky sebagai penghasut buku pilih tanding. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar