Halaman

Senin, 19 Mei 2014

Kwitang

Kota adalah buku yang selalu dibaca. Sumber gambar
"Kalau kamu suka Chairil Anwar atau puisi klasik lainnnya, ada tuh di toko buku langganan saya,” kata Rangga.

“Oh ya di mana?” sahut Cinta penasaran. “Di Kwitang?”

Lalu sore harinya Cinta dan Rangga berjalan menuju Kwitang. Laiknya dua orang kekasih yang enggan mengungkap cinta, mereka bergandengan melewati lorong-lorong buku yang berjajar di sepanjang jalan, dan tepat di toko besar milik Gito Rollies, Cinta terpana dengan banyaknya buku yang ada di sana.

Begitulah, adegan dalam film AADC di atas cukup mengingatkan kita bahwa ada suatu tempat yang kerap difatwa sebagai surga buku. Itulah Kwitang, yang riwayatnya begitu panjang. Sebagian orang sepakat bahwa Toko Gunung Agung sebagai sang pemula, yang didirikan oleh pengusaha Tionghoa bernama Tjio Wie Tai (Mas Agung) pada tahun 1953 ini lambat laun menjadi toko yang diperhitungkan.

Lelaki yang kemudian hari berganti nama menjadi Mas Agung ini dekat dengan Bung Karno. Buku-buku karangan beliau pun diterbitkan seperti Di Bawah Bendera Revolusi (jilid 1&2) dan lain-lain. Nama Gunung Agung sendiri diambil dari terjemahan nama, Wie Tai, yang berarti ‘Gunung Besar’, merujuk nama Tionghoa pendirinya.

Pada penghujung 60-an, berdatanganlah para pedagang buku ke daerah Kwitang. Mereka menjajakan pelbagai buku bekas yang kadang tidak dijual di toko buku konvensional. Begitu terkenalnya kawasan yang berada di Jalan Kwitang Raya itu hingga membuat sivitas luar kota tergiur, dan tertantang untuk bertandang ke daerah ini hanya untuk satu tujuan; berburu buku.

”Itu dulu, saat masih di Kwitang, toko saya banyak disambangi tokoh dan orang-orang besar. Para penulis juga banyak,” ujar Johan (67 th), salah satu pedagang tertua yang ada di Kwitang. Lelaki yang telah memiliki 4 anak dan 5 cucu ini telah berjualan hampir 30 tahun di sini. Tak jarang beberapa tokoh menjadi langganan beliau, seperti Rosihan Anwar, Guruh Soekarno Putra, bahkan mantan Presiden RI, Abdurrahman Wahid.

”Gus Dur lumayan sering ke sini.Bahkan sering ke rumah saya, dan makan di sana. Semenjak pindah ke sini (menunjuk lantai Pujasera, Blok M-red), beda pokoknya,” imbuhnya.

Lebih lanjut baca liputan saya tentang ini, sila baca

Tidak ada komentar:

Posting Komentar